Ainadilah

Ainadilah…
Disini embun dapat bercerita tentang perbincangan atap-atap rumah dan matahari esok pagi.
Panas sekali, ozon telah terkorupsi, begitu selalu bisiknya.
Embun itu dengan benar menceritakan tentang sekerat roti dimeja tuan besar, yang selalu merintih semalaman mengenang nasibnya, sebab basi tak tersentuh. Tetapi sekarung jagung disudut desa yang jauh barangkali lebih berarti didalam perut para petani.

Ainadilah…
Disini embun pun dapat bercerita tentang sekelompok bocah di tepi Aceh atau di sudut-sudut Jogja, bahkan di tengah-tengah lumpur panas Sidoarjo
Mereka bertanya, kemana ibu kami?

Kau tahu Ainadilah,
embun itu menjawab atas nama bumi yang seketika menjadi yatim piatu, bahwa ibu mereka telah menjelma menjadi kembang-kembang ungu yang menyalip awan-awan kelabu.

Ainadilah…
Dimanapun kau, tersenyumlah…
Sebab disini aku menyaksikan embun itu tak memiliki usia yang panjang.

Lintang Sugianto



No comments:

Post a Comment