Matahari Di Atas Gilli

Rehal "Matahari Di Atas Gilli" di koran Republika

Novel karya Lintang Sugianto ini tak sekadar mengisahkan perjalanan hidup dua insan anak manusia, tapi juga mengisahkan sejarah Pulau Gilli yang teletak di sebelah barat Probolinggo. Perjalanan hidup perempuan kelahiran Jakarta ini berada di pulau itu, berbaur dengan masyarakat nelayan setempat selama enam bulan membuat novel yang ditulisnya lebih hidup. Rendra berkomentar, ‘’Saya mengenal Lintang Sugianto pertama kali sebagai penyair. Syair-syair liriknya menunjukkan mutu puisi yang sangat bagus. Sekarang saya menghadapi novel yang ditulisnya. Saya kembali tertegun dan terkagum.


Di mata Rendra, Lintang tidak memakai bahasa uraian, atau gambaran yang klinis, tetapi dengan metafora-metafora puitis yang jauh lebih bisa mendalam gambarannya. ‘’Inilah keistimewaan Lintang dalam kemampuannya melukiskan peristiwa jiwa. Barangkali dalam hal ini bisa ditandingi oleh Leila Chudori, yang secara kebetulan juga seorang perempuan,’’ tulisnya. Prof Dr Ir Wan Abu Bakar Wan Abas punya komentar lain. Dia menyebut novel ini sebuah kisah perkasian yang mendebarkan, diceritakan dengan menarik sekali. ‘’Cara Lintang memperincikan diskripsi dan bermain dengan diksi tentu mampu memikat pembaca untuk menikmati keseluruhan novel ini. Nilai lokal etnik Melayu yang melatari novel ini pasti memikat khalayak Nusantara, termasuk khalayak dari Malaysia,’’ komentar Wan Abu Bakar dalam dialek Malaysia.