
Mana kuncinya, mak? Aku ingin keluar mencium embun didaun-daun. Disini gelap sekali, tak pula kau sediakan damar untuk sekedar melihat wajahku yang tentu telah menua sejak kau lahirkan. Aku meraba dinding ini, mak! Dan mana jendelanya? Kutempelkan saja telingaku dan aku tertawa girang ternyata aku bisa mendengar bahwa dunia penuh suara dan nyanyian-nyanyian, mengapa tak seperti yang engkau ceritakan?
Mak, disini ada seekor laba-laba yang mengajariku memintal waktu
Hingga aku lebih cerdas memastikan letak matahari yang tak pernah kulihat sinarnya. Kemudian kunang-kunang itu amat bersahaja mengumpulkan cahaya dan begitu sabar memanduku belajar menentukan arah.
Tetapi aku harus hidup, Mak
Aku butuh mataku
Aku butuh jiwa
Aku butuh, Mak
Lintang Sugianto
5 : 25 Bekasi, 25 Juni 2006
No comments:
Post a Comment